Sejarah Panjang NOKIA, Masa Kejayaan Hingga Bangkrutnya

Sejarah Panjang NOKIA, ponsel pertama yang di buat Nokia, kejayaan NOKIA, sejarah bangkrutnya nokia
Nokia: Kisah Ponsel Pertama, Kejayaan Menggema, hingga Badai Kebangkrutan

Nokia: Kisah Ponsel Pertama, Kejayaan Menggema, hingga Badai Kebangkrutan

Nokia, nama ini pernah menjadi raksasa tak tergoyahkan di industri telekomunikasi global. Dengan slogan ikonik "Connecting People", Nokia bukan hanya sekadar merek, tetapi sebuah fenomena budaya yang mendefinisikan era ponsel sebelum smartphone. Namun, di balik kejayaan yang luar biasa, tersembunyi pula kisah tentang adaptasi yang lambat dan keputusan strategis yang keliru, yang akhirnya membawa sang raja menuju kebangkrutan di divisi ponselnya.


A. Jauh Sebelum Ponsel: Awal Mula Nokia

Sebelum dikenal sebagai produsen ponsel, sejarah Nokia berawal jauh ke belakang. Didirikan pada tahun 1865 oleh Fredrik Idestam, Nokia awalnya adalah sebuah pabrik pulp kayu di Finlandia. Seiring waktu, perusahaan ini berkembang ke berbagai sektor, termasuk karet (ban, sepatu bot), kabel, hingga elektronik dan telekomunikasi pada tahun 1960-an. Diversifikasi inilah yang meletakkan fondasi bagi masa depan Nokia di dunia komunikasi.


B. Ponsel Pertama dan Era Mobira (1980-an)

Konsep telepon seluler portabel di masa awal sangat berbeda dengan yang kita kenal sekarang. Nokia masuk ke industri ini melalui divisi telekomunikasinya.

Ponsel pertama yang secara resmi "Nokia" perkenalkan, meskipun masih dalam bentuk yang sangat besar dan portabel, adalah Mobira Talkman pada tahun 1984. Mobira Talkman adalah telepon mobil portabel yang bisa dilepas dan dibawa kemana-mana, namun beratnya masih sekitar 5 kg.

Tonggak penting lainnya adalah Mobira Cityman 900 yang dirilis pada tahun 1987. Ini adalah ponsel genggam pertama Nokia yang jauh lebih ringkas dibandingkan Talkman, dengan berat sekitar 800 gram. Cityman menjadi ikon dan bahkan digunakan oleh Mikhail Gorbachev, pemimpin Uni Soviet, menjadikannya simbol status pada masanya.

Namun, ponsel digital GSM pertama yang diproduksi massal oleh Nokia, dan sering disebut sebagai "ponsel pertama" dalam konteks modern, adalah Nokia 1011, yang dirilis pada 1992. Inilah langkah awal Nokia menuju dominasi pasar ponsel digital global.


C. Era Kejayaan dan Dominasi Global (1990-an - Awal 2000-an)

Tahun 1990-an hingga awal 2000-an adalah masa keemasan Nokia. Perusahaan ini berhasil menjadi produsen ponsel terbesar di dunia, dengan pangsa pasar global mencapai lebih dari 40%. Keberhasilan ini didorong oleh beberapa faktor kunci:

  1. Inovasi Desain dan Ketahanan Produk: Nokia dikenal dengan ponselnya yang tangguh, baterai tahan lama, dan desain yang ergonomis serta ikonik (seperti Nokia 3310). Model seperti Nokia 3210 dan Nokia 3310 (dirilis tahun 2000) menjadi sangat populer karena daya tahan dan fitur-fitur yang inovatif pada masanya, seperti game "Snake" yang legendaris.
  2. Fokus pada Pengalaman Pengguna: Antarmuka Symbian S40 dan S60 yang digunakan Nokia pada awalnya sangat user-friendly dan efisien.
  3. Jaringan Distribusi Global: Nokia memiliki jaringan distribusi yang sangat luas, menjangkau pasar di seluruh dunia, termasuk negara-negara berkembang.
  4. Adaptasi Awal pada Teknologi GSM: Nokia adalah salah satu yang terdepan dalam mengadopsi standar GSM (Global System for Mobile Communications), yang menjadi standar global untuk komunikasi seluler.

Selama periode ini, Nokia identik dengan ponsel. Jutaan orang memiliki setidaknya satu perangkat Nokia, membangun loyalitas merek yang kuat.


D. Awal Kemunduran: Gagal Beradaptasi dengan Era Smartphone (Pertengahan 2000-an - Awal 2010-an)

Meskipun Nokia berada di puncak dunia ponsel, bibit-bibit kemundurannya mulai tumbuh seiring dengan munculnya era smartphone.

  1. Kemunculan iPhone (2007): Peluncuran iPhone oleh Apple pada tahun 2007 menjadi titik balik industri. iPhone memperkenalkan konsep layar sentuh kapasitif penuh, antarmuka pengguna berbasis sentuhan intuitif, dan ekosistem aplikasi yang revolusioner. Nokia, yang masih terpaku pada Symbian dan feature phone, lambat dalam merespons inovasi ini.
  2. Bangkitnya Android (2008): Setahun setelah iPhone, Google merilis Android, sistem operasi terbuka yang dengan cepat diadopsi oleh berbagai produsen hardware besar seperti Samsung, HTC, dan Motorola. Fleksibilitas dan sifat open-source Android membuatnya menarik bagi banyak vendor dan pengembang aplikasi.
  3. Keterlambatan dalam Inovasi Layar Sentuh dan Ekosistem Aplikasi: Meskipun Nokia sempat merilis smartphone layar sentuh berbasis Symbian (seperti Nokia 5800 XpressMusic dan N97), pengalaman penggunanya jauh di bawah standar iPhone dan Android. Selain itu, ekosistem aplikasi Symbian tidak mampu bersaing dengan App Store Apple dan Android Market (sekarang Google Play Store) yang tumbuh pesat.
  4. Budaya Perusahaan yang Lambat: Nokia dituding memiliki budaya perusahaan yang cenderung puas diri dan birokratis. Ini menyebabkan proses pengambilan keputusan yang lambat dan kurangnya kemampuan untuk berinovasi dengan cepat dalam menghadapi perubahan pasar yang drastis.

E. Keputusan Kontroversial dan Penjualan Divisi Ponsel ke Microsoft (2010-2014)

Pada tahun 2010, Nokia menunjuk Stephen Elop (mantan eksekutif Microsoft) sebagai CEO. Elop menghadapi tekanan besar untuk menyelamatkan perusahaan. Pada bulan Februari 2011, Elop membuat keputusan kontroversial yang dikenal sebagai "burning platform memo", di mana ia menyatakan bahwa Nokia berada di ambang kehancuran.

Alih-alih beralih ke Android yang sudah mendominasi pasar, Elop mengumumkan kemitraan strategis dengan Microsoft untuk menjadikan Windows Phone sebagai platform utama smartphone Nokia. Keputusan ini sangat mengejutkan banyak pihak, karena Windows Phone saat itu merupakan pemain minor.

Meskipun ponsel Nokia Lumia berbasis Windows Phone mendapatkan pujian atas desain kamera dan hardware-nya, platform Windows Phone sendiri gagal menarik minat konsumen dan pengembang aplikasi. Ekosistem aplikasi yang terbatas dan pangsa pasar yang kecil membuat penjualan ponsel Nokia terus merosot.

Pada tanggal 3 September 2013, Nokia mengumumkan penjualan divisi ponselnya ke Microsoft senilai sekitar $7,2 miliar USD. Penjualan ini secara resmi selesai pada April 2014, menandai akhir era Nokia sebagai produsen ponsel. Stephen Elop sendiri kembali bergabung dengan Microsoft.


F. Setelah Divisi Ponsel Dijual: Kebangkitan Nokia di Sektor Jaringan

Meskipun divisi ponselnya dijual, Nokia sebagai perusahaan tidak benar-benar "bangkrut". Nokia melakukan restrukturisasi besar-besaran dan kembali fokus pada bisnis inti mereka yang lain: peralatan telekomunikasi dan jaringan.

Dengan akuisisi perusahaan seperti Alcatel-Lucent pada tahun 2016, Nokia memperkuat posisinya sebagai pemimpin global dalam infrastruktur jaringan, khususnya dalam pengembangan teknologi 5G. Saat ini, Nokia adalah salah satu pemain kunci di pasar global untuk peralatan jaringan telekomunikasi, bersaing dengan Ericsson dan Huawei.


G. Kembalinya Merek Nokia di Pasar Ponsel (Melalui Lisensi HMD Global)

Menariknya, merek "Nokia" di pasar ponsel tidak sepenuhnya hilang. Pada tahun 2016, sebuah perusahaan Finlandia bernama HMD Global (yang didirikan oleh mantan eksekutif Nokia) memperoleh hak lisensi untuk memproduksi smartphone dan feature phone di bawah merek Nokia.

HMD Global merilis serangkaian ponsel Nokia berbasis Android, mencoba membangun kembali reputasi merek Nokia dengan fokus pada kualitas, pengalaman Android murni, dan pembaruan perangkat lunak yang konsisten. Meskipun tidak mencapai dominasi seperti dulu, ponsel Nokia Android ini berhasil mendapatkan tempat di hati beberapa konsumen yang merindukan merek legendaris tersebut.


Kesimpulan

Kisah Nokia adalah pelajaran berharga tentang pentingnya adaptasi dan inovasi dalam dunia bisnis yang dinamis. Dari pionir ponsel pertama hingga raja yang tak tertandingi, Nokia menunjukkan bagaimana inovasi yang berhenti sejenak dan keputusan strategis yang kurang tepat di tengah perubahan pasar yang revolusioner dapat menggoyahkan bahkan perusahaan paling dominan sekalipun. Namun, kisah ini juga mengajarkan tentang ketahanan, di mana Nokia berhasil bertransformasi dan menemukan relevansinya kembali di sektor teknologi yang berbeda.

Posting Komentar